Menuntut Ilmu di “Ibukota Santri’ (1)
Kamis, 28 Januari 2010 13:50
Warta
Bagikan
Damaskus, NU Online
Kurang lebih setengah jam saat adzan subuh berkumandang, sayup-sayup irama munajat memecah keheningan sunyi. Irama munajat ini bersumber dari arah menara masjid agung yang di bangun pada 13 abad yang silam, pada masa kejayaan Islam generasi pertama, di bawah panji dinasti penguasa dataran 3 benua yang membentang dari wilayah Andalusia (Spanyol dan Portugis) hingga wilayah India.
Masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid Bani Umayah al Kabir (the great of Omayyad Mosque) yang di nisbatkan kepada dinasti pendiri masjid tersebut yakni Daulat Bani umayyah, salah satu dinasti Islam yang sangat legendaris dan belum pernah tersaingi keagungan dan kekuasaanya hingga sekarang.<>
Peletakan batu pertama pembangunan masjid yang dahulunya adalah bangunan kuil ini, dimulai pada masa pemerintahan al Walid bin Abdul malik, khalifah keenam dinasti Bani Umayyah pada abad permulaan hijriyah.
Bila dilihat dari atas, arsitektur bangunan masjid Umawi ini, laksana burung rajawali yang sedang mengepakan sayapnya membelah langit. Karena itu kubahnya dikenal juga dengan sebutan kubah rajawali, kubah legendaris yang sering disebut-sebut para ulama sejarah, karena lewat instusi pendidikan dibawah kubah ini, banyak sekali ulama-ulama tersohor di dunia tercetak dari semenjak Islam memancarkan cahayanya di bumi yang diberkati ini hingga sekarang.
Masjid ini juga dihiasi dengan tiga buah menara tinggi yang masing-masing punya catatan sejarah tersendiri, dua menara berada di sebelah barat dan timur mengapit bangunan masjid dan satu menara lagi berada di ujung tengah sebelah utara masjid yang berbentuk persegi panjang ini. Masjid ini juga adalah termasuk salah satu dari sekian bangunan kebanggaan umat islam karena merupakan saksi keagungan peradaban islam.
Suasana ini adalah pembuka awal aktivitas kota tua ini. Setelah azdan subuh dikumandangkan di setiap menara-menara masjid kota Damaskus, hawa dingin mulai memasuki masjid bersamaan dengan jamaah yang memenuhi barisan-barisan shof.
Bagi kaum tholibul ilm (santri) irama adzan subuh adalah awal bel masuk mereka di hari itu dalam menuntut ilmu, dengan tas yang berisikan kitab-kitab kuning dan masa depan Islam ditenteng di setiap pundak mereka. Bel berbunyi pada pagi yang masih berselimutkan hawa dingin yang sangat menusuk tulang dan genangan-genangan air hujan yang membeku di pinggir-pinggir jalan saking dinginnya cuaca di musim syita (musim dingin).
Para santri memulai aktivitanya. Bagi yang sedang menghafal Al-Qur’an, mereka awali aktivitas paginya dengan menemui para guru qiraat untuk talaqi. Majlis-majlis talaqi tersebar hampir ada di setiap masjid kota Damakus, kerana para imam masjid di kota Damaskus hampir semuanya hafal Al-Qur’an dan kota Damaskus sangat terkenal akan para syaikhulqurro’nya (ulama hafidz Al-Qur’an pemilik sanad talaqi dari gurunya), bahkan ada syikhul qurro’ yang memiliki sanad atau silsilah qiro'ah tertinggi di dunia saat ini.
Pada tahun 2006 majelis ma’had asad li tahfidz qur’an (badan pengelola TPA al Qura’nya Negeri Syria) pernah mengadakan acara penganugerahan syikhul qurro Syam kepada tujuh ulama pemiliki sanad qur’an yang muttasil (tersambung) sampai Rasulullah SAW tertinggi. Mereka adalah Syekh Qurroyim Rojih (syekhul qurro syam), Syekh Bakri Tarablusi, Syekh Mohamad Toha Sukar (almarhum), Syekh Abul Hasan Kurdi (almarhum), Syekh Kholil Hiba (almarhum), Syekh Abdurrazaq al Halaby, dan Syekh Syukri Alluhafi.
Aktifitas hafalan Al-Qur'an (talaqi) tidak hanya dilakukan setelah shalat subuh. Di waktu shalat fardlu lima waktu yang lain juga ada. Ini memudahkan santri yang mempunyai kegiatan lain diwaktu ini.
Bagi santri yang sedang mendalami ilmu-illma syari’at Islam, di pagi buta mereka mententeng kitab-kitab karangan ulama-ulama tradisional dan kontemporer dari berbagai disiplin ilmu, melangkahkan kakinya untuk menuju masjid yang terdapat majlis pengajian kitab.
Majlis-majlis pengajian yang mashur didatangi para santri setelah selesai shalat subuh antara lain Masjid Bani Umayah atau dikenal juga dengan sebutan Masjid Umawi yang diasuh ulama sepuh yang sangat disegani Syekh Abdurrazaq al Halaby (Syaikhul quroo' syam), Masjid Arrifa'i yang diasuh oleh ulama kharismatik di Negeri Syam Syekh Usamah Rifa'i serta masjid-masjid lainya yang mengadakan majlis pengajian kitab. Bidang-bidang yang dikaji dalam pengajian ini berbagai macam kajian diantaranya ulumul qur'an, ulumul hadis, ilmu fiqh dan ushul fiqh, gramatika Arab dan ilmu tasawuf.
Pelaksanaan pengajian kitab tidak hanya terbatas setelah selesai shalat shubuh. Ada sebagian masjid yang mengadakan pengajian kitab kuning di selain waktu subuh, di masjid Umawi pun ada pula pengajian kitab yang diadakan setelah shalat dhuhur, ashar dan maghrib. Bahkan di beberapa masjid ada pula yang menyelenggarakan pengaian setelah shalat Isya. (Nurun Maksuni)
Kurang lebih setengah jam saat adzan subuh berkumandang, sayup-sayup irama munajat memecah keheningan sunyi. Irama munajat ini bersumber dari arah menara masjid agung yang di bangun pada 13 abad yang silam, pada masa kejayaan Islam generasi pertama, di bawah panji dinasti penguasa dataran 3 benua yang membentang dari wilayah Andalusia (Spanyol dan Portugis) hingga wilayah India.
Masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid Bani Umayah al Kabir (the great of Omayyad Mosque) yang di nisbatkan kepada dinasti pendiri masjid tersebut yakni Daulat Bani umayyah, salah satu dinasti Islam yang sangat legendaris dan belum pernah tersaingi keagungan dan kekuasaanya hingga sekarang.<>
Peletakan batu pertama pembangunan masjid yang dahulunya adalah bangunan kuil ini, dimulai pada masa pemerintahan al Walid bin Abdul malik, khalifah keenam dinasti Bani Umayyah pada abad permulaan hijriyah.
Bila dilihat dari atas, arsitektur bangunan masjid Umawi ini, laksana burung rajawali yang sedang mengepakan sayapnya membelah langit. Karena itu kubahnya dikenal juga dengan sebutan kubah rajawali, kubah legendaris yang sering disebut-sebut para ulama sejarah, karena lewat instusi pendidikan dibawah kubah ini, banyak sekali ulama-ulama tersohor di dunia tercetak dari semenjak Islam memancarkan cahayanya di bumi yang diberkati ini hingga sekarang.
Masjid ini juga dihiasi dengan tiga buah menara tinggi yang masing-masing punya catatan sejarah tersendiri, dua menara berada di sebelah barat dan timur mengapit bangunan masjid dan satu menara lagi berada di ujung tengah sebelah utara masjid yang berbentuk persegi panjang ini. Masjid ini juga adalah termasuk salah satu dari sekian bangunan kebanggaan umat islam karena merupakan saksi keagungan peradaban islam.
Suasana ini adalah pembuka awal aktivitas kota tua ini. Setelah azdan subuh dikumandangkan di setiap menara-menara masjid kota Damaskus, hawa dingin mulai memasuki masjid bersamaan dengan jamaah yang memenuhi barisan-barisan shof.
Bagi kaum tholibul ilm (santri) irama adzan subuh adalah awal bel masuk mereka di hari itu dalam menuntut ilmu, dengan tas yang berisikan kitab-kitab kuning dan masa depan Islam ditenteng di setiap pundak mereka. Bel berbunyi pada pagi yang masih berselimutkan hawa dingin yang sangat menusuk tulang dan genangan-genangan air hujan yang membeku di pinggir-pinggir jalan saking dinginnya cuaca di musim syita (musim dingin).
Para santri memulai aktivitanya. Bagi yang sedang menghafal Al-Qur’an, mereka awali aktivitas paginya dengan menemui para guru qiraat untuk talaqi. Majlis-majlis talaqi tersebar hampir ada di setiap masjid kota Damakus, kerana para imam masjid di kota Damaskus hampir semuanya hafal Al-Qur’an dan kota Damaskus sangat terkenal akan para syaikhulqurro’nya (ulama hafidz Al-Qur’an pemilik sanad talaqi dari gurunya), bahkan ada syikhul qurro’ yang memiliki sanad atau silsilah qiro'ah tertinggi di dunia saat ini.
Pada tahun 2006 majelis ma’had asad li tahfidz qur’an (badan pengelola TPA al Qura’nya Negeri Syria) pernah mengadakan acara penganugerahan syikhul qurro Syam kepada tujuh ulama pemiliki sanad qur’an yang muttasil (tersambung) sampai Rasulullah SAW tertinggi. Mereka adalah Syekh Qurroyim Rojih (syekhul qurro syam), Syekh Bakri Tarablusi, Syekh Mohamad Toha Sukar (almarhum), Syekh Abul Hasan Kurdi (almarhum), Syekh Kholil Hiba (almarhum), Syekh Abdurrazaq al Halaby, dan Syekh Syukri Alluhafi.
Aktifitas hafalan Al-Qur'an (talaqi) tidak hanya dilakukan setelah shalat subuh. Di waktu shalat fardlu lima waktu yang lain juga ada. Ini memudahkan santri yang mempunyai kegiatan lain diwaktu ini.
Bagi santri yang sedang mendalami ilmu-illma syari’at Islam, di pagi buta mereka mententeng kitab-kitab karangan ulama-ulama tradisional dan kontemporer dari berbagai disiplin ilmu, melangkahkan kakinya untuk menuju masjid yang terdapat majlis pengajian kitab.
Majlis-majlis pengajian yang mashur didatangi para santri setelah selesai shalat subuh antara lain Masjid Bani Umayah atau dikenal juga dengan sebutan Masjid Umawi yang diasuh ulama sepuh yang sangat disegani Syekh Abdurrazaq al Halaby (Syaikhul quroo' syam), Masjid Arrifa'i yang diasuh oleh ulama kharismatik di Negeri Syam Syekh Usamah Rifa'i serta masjid-masjid lainya yang mengadakan majlis pengajian kitab. Bidang-bidang yang dikaji dalam pengajian ini berbagai macam kajian diantaranya ulumul qur'an, ulumul hadis, ilmu fiqh dan ushul fiqh, gramatika Arab dan ilmu tasawuf.
Pelaksanaan pengajian kitab tidak hanya terbatas setelah selesai shalat shubuh. Ada sebagian masjid yang mengadakan pengajian kitab kuning di selain waktu subuh, di masjid Umawi pun ada pula pengajian kitab yang diadakan setelah shalat dhuhur, ashar dan maghrib. Bahkan di beberapa masjid ada pula yang menyelenggarakan pengaian setelah shalat Isya. (Nurun Maksuni)
Kurang lebih setengah jam saat adzan subuh berkumandang, sayup-sayup irama munajat memecah keheningan sunyi. Irama munajat ini bersumber dari arah menara masjid agung yang di bangun pada 13 abad yang silam, pada masa kejayaan Islam generasi pertama, di bawah panji dinasti penguasa dataran 3 benua yang membentang dari wilayah Andalusia (Spanyol dan Portugis) hingga wilayah India.
Masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid Bani Umayah al Kabir (the great of Omayyad Mosque) yang di nisbatkan kepada dinasti pendiri masjid tersebut yakni Daulat Bani umayyah, salah satu dinasti Islam yang sangat legendaris dan belum pernah tersaingi keagungan dan kekuasaanya hingga sekarang.<>
Peletakan batu pertama pembangunan masjid yang dahulunya adalah bangunan kuil ini, dimulai pada masa pemerintahan al Walid bin Abdul malik, khalifah keenam dinasti Bani Umayyah pada abad permulaan hijriyah.
Bila dilihat dari atas, arsitektur bangunan masjid Umawi ini, laksana burung rajawali yang sedang mengepakan sayapnya membelah langit. Karena itu kubahnya dikenal juga dengan sebutan kubah rajawali, kubah legendaris yang sering disebut-sebut para ulama sejarah, karena lewat instusi pendidikan dibawah kubah ini, banyak sekali ulama-ulama tersohor di dunia tercetak dari semenjak Islam memancarkan cahayanya di bumi yang diberkati ini hingga sekarang.
Masjid ini juga dihiasi dengan tiga buah menara tinggi yang masing-masing punya catatan sejarah tersendiri, dua menara berada di sebelah barat dan timur mengapit bangunan masjid dan satu menara lagi berada di ujung tengah sebelah utara masjid yang berbentuk persegi panjang ini. Masjid ini juga adalah termasuk salah satu dari sekian bangunan kebanggaan umat islam karena merupakan saksi keagungan peradaban islam.
Suasana ini adalah pembuka awal aktivitas kota tua ini. Setelah azdan subuh dikumandangkan di setiap menara-menara masjid kota Damaskus, hawa dingin mulai memasuki masjid bersamaan dengan jamaah yang memenuhi barisan-barisan shof.
Bagi kaum tholibul ilm (santri) irama adzan subuh adalah awal bel masuk mereka di hari itu dalam menuntut ilmu, dengan tas yang berisikan kitab-kitab kuning dan masa depan Islam ditenteng di setiap pundak mereka. Bel berbunyi pada pagi yang masih berselimutkan hawa dingin yang sangat menusuk tulang dan genangan-genangan air hujan yang membeku di pinggir-pinggir jalan saking dinginnya cuaca di musim syita (musim dingin).
Para santri memulai aktivitanya. Bagi yang sedang menghafal Al-Qur’an, mereka awali aktivitas paginya dengan menemui para guru qiraat untuk talaqi. Majlis-majlis talaqi tersebar hampir ada di setiap masjid kota Damakus, kerana para imam masjid di kota Damaskus hampir semuanya hafal Al-Qur’an dan kota Damaskus sangat terkenal akan para syaikhulqurro’nya (ulama hafidz Al-Qur’an pemilik sanad talaqi dari gurunya), bahkan ada syikhul qurro’ yang memiliki sanad atau silsilah qiro'ah tertinggi di dunia saat ini.
Pada tahun 2006 majelis ma’had asad li tahfidz qur’an (badan pengelola TPA al Qura’nya Negeri Syria) pernah mengadakan acara penganugerahan syikhul qurro Syam kepada tujuh ulama pemiliki sanad qur’an yang muttasil (tersambung) sampai Rasulullah SAW tertinggi. Mereka adalah Syekh Qurroyim Rojih (syekhul qurro syam), Syekh Bakri Tarablusi, Syekh Mohamad Toha Sukar (almarhum), Syekh Abul Hasan Kurdi (almarhum), Syekh Kholil Hiba (almarhum), Syekh Abdurrazaq al Halaby, dan Syekh Syukri Alluhafi.
Aktifitas hafalan Al-Qur'an (talaqi) tidak hanya dilakukan setelah shalat subuh. Di waktu shalat fardlu lima waktu yang lain juga ada. Ini memudahkan santri yang mempunyai kegiatan lain diwaktu ini.
Bagi santri yang sedang mendalami ilmu-illma syari’at Islam, di pagi buta mereka mententeng kitab-kitab karangan ulama-ulama tradisional dan kontemporer dari berbagai disiplin ilmu, melangkahkan kakinya untuk menuju masjid yang terdapat majlis pengajian kitab.
Majlis-majlis pengajian yang mashur didatangi para santri setelah selesai shalat subuh antara lain Masjid Bani Umayah atau dikenal juga dengan sebutan Masjid Umawi yang diasuh ulama sepuh yang sangat disegani Syekh Abdurrazaq al Halaby (Syaikhul quroo' syam), Masjid Arrifa'i yang diasuh oleh ulama kharismatik di Negeri Syam Syekh Usamah Rifa'i serta masjid-masjid lainya yang mengadakan majlis pengajian kitab. Bidang-bidang yang dikaji dalam pengajian ini berbagai macam kajian diantaranya ulumul qur'an, ulumul hadis, ilmu fiqh dan ushul fiqh, gramatika Arab dan ilmu tasawuf.